
Rasindo group.com – Al-Qur‟an adalah kitab suci bagi umat Islam yang berisi pokok-pokok ajaran tentang akidah, syari‟ah, akhlak, kisah-kisah dan hikmah dengan fungsi pokoknya sebagai hudan, yaitu petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sebagai kitab suci, Al-Qur‟an harus dimengerti maknanya dan dipahami dengan baik maksudnya oleh setiap orang Islam untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari hari.
Masalah wanita memang selalu menarik untuk dikaji, karena dari dahulu sampai sekarang sosok wanita adalah makhluk yang selalu hangat bila dibicarakan. Apalagi bila pembicaraannya itu mengenai tingkah lakunya, untuk itu penulis tertarik untuk mengangkat dan mengkaji tentang wanita khianat dalam persepektif Al-Qur‟an. (Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), p. xix).
Orang-orang munafik merugi di dunia dan di akhirat sehingga apabila mereka terus dalam kemunafikan, Allah mengadzab mereka dengan dua adzab, yaitu di dunia dengan dibunuh dan di akhirat dengan dimasukan ke dalam neraka. Di seluruh dunia ini tidak ada siapa pun yang dapat menghalangi siksa atas mereka, juga tidak ada penolong yang dapat menyelamatkan mereka.
Allah memerintahkan hamba-hambanya yang mukmin untuk bertaubat dengan taubat yang sebenar-benarnya dan menyesali apa yang telah dilakukan dan tidak mengulangi lagi di masa mendatang, di samping memerintahkan Rasul-Nya untuk berjihad menghadapi orang-orang kafir dan munafik, serta berlaku keras kepada mereka baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Di dalam Al-Qur‟an juga disebutkan hanya ada satu orang wanita yang namanya disebutkan dengan sesungguhnya beliau adalah Maryam, perawan yang menjadi ibu Nabi Isa AS, ia sangat dihormati dalam islam. (Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Munir, ( Jakarta: Gema Insani, 2013), p.555. ), Jilid 5).
Dan Maryam, puteri „Imrân yang memelihara kehormatannya, maka kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan ia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-Kitab-Nya. Dan ia termasuk orang-orang yang taat‟‟. (At-Tahrîm (66):12)
Ayat ini menegaskan betapa berat cobaan yang dialami Maryam, seorang wanita yang terkenal di kalangan kaumnya sebagai wanita solehah, putri dari „Imran yang selalu menjaga kehormatan, menghindar dari pergaulan bebas. Namun, ia harus menjalani takdir, hamil atas kehendak Allâh. Namun, ia rela menjalani ujian itu sehingga Allâh menetapkannya sebagai hamba-hamba Allâh yang taat.
“sebaik-baik wanita (pada zamannya) adalah maryam putri imran dan sebaik-baiknya umat adalah kahdijah “ (HR. Bukhari dan Muslim)”.
Dialah jiwa pendiam dan rendah hati yang patut ditelaah secara khusus dan luas, meskipun Al-Qur‟an juga membicarakan sejumlah toko wanita lain, yang sebagian di antara mereka dan lain-lainnya tidak di sebutkan dalam Al-Qur‟an dan hanya di kemukakan dalam tafsir-tafsir di kemudian hari atau semata-mata tercipta melalui cerita-cerita rakyat tentang kesalehannya. (https://sitiumayah255.wordpress.com, diakses pada 05 November).
lain-lainnya tidak di sebutkan dalam Al-Qur‟an dan hanya di kemukakan dalam tafsir-tafsir di kemudian hari atau semata-mata tercipta melalui cerita-cerita rakyat tentang kesalehannya.
Satu lagi tokoh yang sampai kini namanya harum mewangi, dengan keberanian dan ketakwaan yang kuat di dalam hatinya ia menyatakan keimanan di tengah kondisi yang penuh dengan kedzaliman, seakan-akan nyawa manusia sudah tak punya harga lagi saat itu, ia adalah istrinya fir‟aun raja yang mengaku sebagai Tuhan, siapapun yang membangkang akan perintahnya maka kematian adalah jalan satu-satunya, dan wanita ituh menempuh jalan kematiannya secara teragis karena ia dibunuh oleh Algojo-Algojonya Fir‟aun, tetapi ia bahagia karena dapat mempertahankan keimanannya sampai titik darah terakhir dialah Asiah. Wanita yang dijamin masuk syurga di antara wanita wanita yang shaleh lainnya.
Dan Allah telah menjadikan isteri Fir‟aun sebagai perumpamaan (contoh) bagi orang-orang yang beriman; tatkala ia berdo‟a “Wahai Rabb-ku, bangunkanlah untuk-ku sebuah rumah di Surga, dan selamatkanlah aku dari Fir‟aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim”.(Surah At-Tahrîm (66):11
Al-Imam Qurthubi mengatakan do‟a ini diucapkan oleh isteri Fir‟aun yang bernama Asiyah ketika ia disiksa oleh Fir‟aun karena ketahuan beriman kepada Nabi Musa As. Tangan dan kakinya diikat jadi satu, dan dalam satu riwayat ia dirajam oleh Fir‟aun dan kaumnya sampai mati. Ketika menjalani siksaan itulah ia memanjatkan do‟a ini.(Anne Marie Schimmel, jiwaku adalah Wanita, (Terjemah, Bandung: Mizan,1998), p.95. Fuad Kauma, wanita-wanita pengukir sejarah, (Jakarta: Kalam mulia, 2005) cet ke 1, p.180)
Ayat ini menegaskan betapa wanita memiliki daya tahan dalam menjalani penderitaan dalam mempertahankan keimânan kepada Allâh. Padahal ia sebagai isteri seorang raja telah mendaptakan kekayaan, perhiasan, kehormatan dan semua kesenangan dunia yang didambakan oleh umumnya kaum wanita.
Namun, karena imannya yang kuat kepada Allâh, ia rela melepaskan itu semua, bahkan ia rela disiksa demi mempertahankan keimanannya. Maka dalam Al-Qur‟an pun berbicara, begitu berartinya seorang wanita. Sehingga pembicaraannya pun tak cukup satu surah, tapi dalam banyak surah dan yang di bicarakannya pun beragam menyangkut berbagai sisi kehidupan seorang wanita. Ada yang berbicara tentang hak dan kewajibannya, ada pula yang menguraikan keistimewaan-keistimewaan wanita dalam sejarah agama dan kemanusiaan.
Hanya ada satu orang wanita yang negatif dalam Al Qur‟an dia adalah istri Abu Lahab, musuh utama Nabi SAW, Dia di sebut secara singkat dalam al-qur‟an.
Artinya: Demikian juga istrinya sang membawa kayu bakar. Dia dikatakan sebagai “pembawa kayu bakar” dia mengenakan tali yang terpilin erat di lehernya dan menjadi contoh golongan kafir yang celaka. Allah telah membuat perumpamaan untuk menjelaskan keadaan orang-orang kafir yang tidak bermanfaat bagi mereka nasiha-nasihat dari orang-orang mukmin yang tulus, yaitu para Nabi dan para Rasul, karna khzaliman hati dan keburukan akhlak dan kerusakan fitrah mereka. Istri Nabi Nuh As. Itu, meskipun keduanya berada dalam perlindungan dua orang nabi yang petunjuknya dapat dimanfaatkan dan dapat untuk mewujudkan kebahagiaan dunia dan akhirat, tetapi keduanya menolak (ingkar) dan berbuat yang pengkhianatan dan kekafiran menunjukan.
Istri Nabi Nuh As. menuduh suaminya gila, dan istri Nabi Luth As. Memberitahukan kepada kaum suaminya, tamu tamunya, untuk tujuan yang keji. Sehingga, kekerabatan kedua wanita tersebut dengan keduahamba yang shaleh itu tidak bermanfaat sedikitpun untuk menolak bencana terburuk yang menimpa keduanya. Dan kelak merka berdua akan ditimpa siksaan Allahdan masuk neraka bersama orang-orang yang memasukinnya,sebagai balasan yang setimpal bagi kejahatan yang telah mereka lakukan dan dosa-dosa besar serta kedurhakaan berat yang mereka lumurkan pada jiwa mereka Wanita adalah makhluk yang unik, Al-Qur‟an menjadikan sosok wanita sebagai contoh figur kekufuran dan juga sebagai contoh figur keimânan, sebagaimana disebutkan dalam surah At Tahrîm (66):10
Artinya : “Allah telah menjadikan isteri Nûh dan isteri Luth sebagai perumpamaan (contoh) bagi orang kafir. (Padahal) keduanya berada di bawah pengawasan dua hamba dari hambahamba Kami yang shalih. Lalu kedua isteri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya tidak dapat menolong mereka sedikit pun dari (siksa), dan dikatakan (pada keduanya): “Masuklah ke dalam Neraka bersama orang-orang yang masuk neraka ”.(Q.S: At-Tahrîm (66):10).
Ayat ini menegaskan bahwa wanita sangat berpotensi melakukan kekufuran atau pengkhianatan, meskipun ia istri seorang Nabi. Padahal, sebagaimana kita ketahui, para Nabi adalah manusia-manusia yang sempurna dalam segala hal; tentunya termasuk dalam soal kepemimpinan dalam rumah tangga. (Badrudin, tema-tema khusus dalam Al-Qur‟an, (Serang, Suhud Sentrautama, 2007), p. 181.)
Sesungguhnya agama Islam bukanlah agama simbol dan lambang semata-mata tidak cukup beragama dengan syiar-syiar ibadah saja kalau tidak bersumber dari keikhlasan dan ketulusan hati karena Allah dan tercermin di dalam perilaku untuk memperbaiki dan meningkatkan kehidupan umat manusia di muka bumi Dan ayat-ayat lainnya berisi informasi tentang peristiwa peristiwa yang sangat spesifik, tetapi pelajaran moral yang bersumber dari peristiwa-peristiwa itu secara umum dapat diaplikasikan begitu selesai ditafsirkan. “Metode ini ialah menggambarkan aktivitas yang terjadi lalu menggambarkan, melalui aktivitas itu, legalitas yang tampak dan yang tersembunyi (Yang dapat disimpulakan dari peristiwa itu).
Allah Swt memuat sejumlah kisah para Nabi terdahulu di dalam Al-Qur‟an-nya untuk diambil pelajaran dan hikmahnya; sebagai pemaparan contoh kondisi para Nabi terdahulu bagi orang-orang Quraisy dan kaum kafir Arab, juga pemberitahuan bahwa Muhammad Saw. Bukanlah Rasul yang baru, melainkan seperti Rasul yang lain yang menyeru manusia agar beribadah hanya kepada Allah. Akan tetapi, kaumnya menentang, kemudian dia berdialog dan berdebat dengan mereka. (Sayyid Quthb, DI Bawah Naungan Al-Qr‟an, (Jakarta: Gema Insani Press), Jilid 24, p.263. Amina Wadud, Qur‟an menurut Perempuan, (Jakarta: Serambi, 2006), p.63)
hanya kepada Allah. Akan tetapi, kaumnya menentang, kemudian dia berdialog dan berdebat dengan mereka Berbicara megenai perempuan dalam Al-Qur‟an mengharuskan untuk memulai dari awal tentang bagaimana Al Qur‟an memposisikan Al-Qur‟an, ayat Al-Qur‟an yang populer dijadikan rujukan dalam pembicaraan mengenai perempuan biasanya di mulai dari surah An-Nisa ayat 1 yang berbunyi :
Artinya: „‟Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri,dan dari padanya allah menciptakan istrinya ; dan daripada keduanya allah memperkembang biakan laki-laki dan perempuan yang banyak dan bertaqwalah kepada allah yang dengan (mempergunakan ) namanyakamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim.sesungguhnya allah selalu menjaga dan mengawasimu. (Qs. An-Nisa :1 ). (Sayyid Quthb, DI Bawah Naungan Al-Qr‟an, (Jakarta: Gema Insani Press), Jilid 24, p.263. Amina Wadud, Qur‟an menurut Perempuan, (Jakarta: Serambi, 2006), p.63.)
Kemudian bicara masalah wanita serta tokoh-tokoh wanita dalam Al-Qur‟an dimana nama mereka sudah terukir dalam sejarah dengan tinta emas, sesuai dengan nash al-Qur‟an, Nabi Nuh hidup dalam 950 tahun di tengah-tengah masyarakatnya dan melakukan tabligh kepada mereka. (Wahbah az-zuhaili, al-faatihah-At-Taubah, (Jakarta: Gema Insani ) jilid 1, p.88)
dalam sejarah dengan tinta emas, sesuai dengan nash al-Qur‟an, Nabi Nuh hidup dalam 950 tahun di tengah-tengah masyarakatnya dan melakukan tabligh kepada mereka.
Artinya: “Dan sungguh, kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka di landa banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang dzalim”. (Q.S: Al-„Ankabut: 4).
Nabi Nuh kemudian marah kepada kaumnya lantaran mereka tidak mau beriman kepada Tuhan yang Esa, dan malah menyembah berhala yang mereka buat sendiri.
“ya Tuhanku, sesungguhnya sesungguhnya mereka mendurhakaiku sesudah semua usaha keras dan sesudah jerih payah ini; sesudah semua pengarahan ini; sesudah semua pencerahan ini; dan sesudah prringatan, pemberian motivasi dan janji pendapat banyak harta, banyak anak dan kemakmuran. Sesudah semuanya itu di kerahkan mereka tetap melakukan kedurhakaan.mereka mengikuti perjalanan para pemimpin yang sesat lagi menyesatkan, yang menipu para pengikutnya dengan harta benda, anak-anak, kedudukan dan kekuasaan.dari kalangan orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka”. (Sayyid Quthb, di Bawah Naungan Al-Qur‟an… p.21)
Dinegri tersebut, Nabi Nuh mempersunting seorang wanita. Meskipun berasal dari keluarga baik-baik, tetapi wanita ini memiliki kebiasaan buruk. Karena itulah Al-Qur‟an menghina dan mencibirnya. Kebiasaannya itu adalah membicarakan rahasia rumah tangganya sendiri kepada orang lain. Juga, sering mengeluhkan perihal suaminya kepada orang banyak Istri Nabi Nuh tetap saja kafir dan tidak beriman meskipun suaminya telah berdakwah sekian lama. Dia juga terpengaruh oleh rusaknya pola pikir masyarakat sekitar. Dia tdak mau tahu kalau pencipta alam semesta ini adalah Allah yang Maha kuasa. Sebaliknya, sebagai balasan atau nasihat-nasihat serta peringatan-peringtan Nabi Nuh, dia justru membangkang.
Dan selanjutnya yaitu istri Nabi Luth yang juga termasuk kumpulan wanita-wanita berperangkai buruk, sebagaimana istri Nuh yang telah dihinakan Allah dalam Al-Qur‟an. Atas semua yang terjadi, ada sesuatu yang lebih membuat Nabi Luth tertekan, yakni penyimpangan pemikiran dan kesesatan istri beliau, Istri Nabi Luth terpengaruh oleh masyarakat sekitarnya yang tak beragama dan kafir itu, ia berasal dari keluarga baik-baik, namun tak ada kecocokan dengan suaminya yang merupakan utusan Tuhan. Benar, ia wanita tidak baik, tidak memiliki harga diri dan berperangai jahat.
Dari Abu Hurairah RA, ketika turun ayat Al-mula‟anah (Tentang suami istri yang saling melaknat karena dugaan perbuatan seseorang ), Rasulallah SAW bersabda, “siapapun perempuan yang menemui suatu kaum yang bukan kerabatnya, ia tidak akan memperoleh apapun dari Allah SWT, dan tidak akan memasukkannya ke surga.” (HR. Abu Dawud dan Nasa‟i).
Penghianatan seorang istri kepada suami akan menghilangkan jaminan perlindungan Allah. Jika ia tidak segera bertaubat, mungkin ia tidak akan masuk surge Ummu Jamil adalah istri Abu Lahab dan saudari Abu Sufyan sebagaimana kita ketahui, Abu Sufyan adalah orang kaya tersohor keturunan Ummayah, serta sosok yang berpengaruh. Dia juga terkenal dengan permusuhannya terhadap Nabi Muhammad Saw. Abu Lahab paman Nabi Muhammad dan salah satu di antara 10 putra Abdul Muthalib, termasuk musuh Nabi Saw dan kaum muslimin yang paling membangkang. (Sayyid Quthb, di Bawah Naungan Al-Qur‟an… p.31 . Ali Dawwani, Wanita mulia wanita keji, (Bogor: Cahaya, 2003) cet 1, p.23. Ummi Maya, Menjadi wanita kekasih Allah, ( bekasi: Blancoor, 2007), p.39.)
Ummu Jamil, juga wanita yang berperangai buruk dan pendengki. Rumah mereka berdekatan dengan rumah Nabi saw. Setiap berita yang di dengarnya dari keponakan suaminya, ia sampaikan kepada kaum musyrikin. Ummu Jamil tak kenal lelah melakukan segala macam kejahatan, memata-matai, serta berbuat kurang ajar kepada Nabi saw; bahkan berani menanggung segala akibat buruk perbuatannya.
Wanita bejat ini, setiap kali melihat Nabi Muhammad Saw, selalu melontarkan kata-kata pedas dan kotor. Kisah orang ini (Abu Lahab ) dan istrinya yang biadab dan bermulut kotor tercantum dalam Al-Qur‟an surat Al-Lahab.
Binasalah kedua tangan abu lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak ia akan masuk kedalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut. (Q.S: Al-Lhab: 1-5).
Imam Jafar Shadiq di tanya, “mungkinkah istri para Nabi berkhianat, sehingga Allah swt berfirman dalam Al-Qur‟an , “Mereka mengkhianati suami-suami mereka ?”. Beliau menjawab, tidak, penghianatannya tidak seperti yang kalian kira. Penghianatan mereka adalah bahwa mereka bukanlah istri-istri yang baik bagi suami-suami mereka dan seringkali menceritakan rahasia rumah tangga serta sewarna (sepaham) dengan kaumnya.”.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang di percayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. “ (al-Anfaal:27).
Dalam sebuah hadis juga disebutkan “ Seseorang mukmin akan di cap dalam semua amalnya kecuali khianat dan dusta “ (HR Ahmad).
Rasulallah saw juga bersabda, tanda-tanda orang munafik itu ada tiga: jika ia berbicara ia akan berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika di percaya, ia akan berkhianat.” (HR Bukhari dan Muslim).
Rasulallah saw. Bersabda, “Allah berkata, “Aku menjadi pihak yang ketiga dari dua orang yang bersepakat, selama tidak ada salah satunya yang khianat,‟” Di dalam hadits tersebut juga di sebtutkan, “Perkara pertama yang akan di angkat dari manusia adalah amanah. Dan yang terakhir kali yang tersisa adalah shalat. Barang kali orang yang melakukan shalat itu tidak akan mendapatkan kebaikan sedikitpun.” (HR Abu Dawud dan al-Hakim). Rasulallah saw. juga bebrsabda, jauhkanlah kalian dari khianat, karena ia adalah akhlak yang paling tercela” (HR Abu Dawud, an-Nasa‟i dan Ibnu Maajah). (Ali Dawwani, Wanita mulia Wanita keji,… p. 42. Yaasir Syalabi, 25 penyebab kesulitan hidup, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), p.142)
Editor: Dedy TA