
Rasindo group.com – Adat Lampung Barat memiliki banyak budaya yang masih bisa kita lihat dan nikmati hingga saat ini. Satu daerah yang mengedepankan nilai luhur warisan adat dan budaya yang di wariskan turun temurun dari generasi ke generasi dan juga era saat ini masih mengedepankan bergotongroyong. Salah satunya adalah Pesta Budaya Sekura Cakak Buah yang unik dan meriah yang di laksanakan setiap Lebaran Hari Raya Idul Fitri waktu pagelarannya dari 1 Syawal hingga 7 Syawal tempat terjadwal serta tersusun oleh masyarakat setempat yang berada di Bumi Sekala Brak.
Pesta Budaya Sekura Cakak Buah adalah sebuah tradisi yang asal muasalnya dari yang di namakan peperangan gegakhah bulan bakha di atas gunung pesagi pada tanggal 29 Rajab 688 Hijriah, Serta merupakan asimilasi budaya penaklukkan suku tumi serta berdirinya Kerajaan Islam di tanah Lampung.
Berbagai lakon yang diperankan pemuda desa hilir mudik di perkampungan. Membuat suara gempar bergembira dengan berbagai peralatan yang mereka bawa. Seperti ember, centong, panci, gerabah, dan lainnya.
Atau diiringi suara gendang yang merdu. Di hari itu semua orang bergembira. Tidak ada yang merasa terganggu dengan suara gempar tersebut. Apa Itu Sekura?
Kata ‘Sekura’ berasal dari bahasa setempat ‘sekura’ atau ‘sekukha’. Artinya adalah penutup wajah atau penutup muka.
Ada 2 (dua) jenis Sekura yang bisa kita lihat di acara tersebut. Ada ‘Sekura Betik’ dan ‘Sekura Kamak’.
Sekura Betik
Sekura betik adalah penutup muka yang menggunakan kostum yang indah dan bersih.
Biasanya mereka mengenakan kain panjang dan kacamata serta penutup kepala yang telah di hias.
Sekura Kamak
Sekura Kamak adalah penutup muka yang berbentuk urakan dan berpakaian kotor. Peserta yang berperan sebagai Sekura Kamak biasanya mengenakan topeng yang terbuat dari kayu.
Bentuk topeng tidak simetris dan urakan namum berbentuk. Plus kostum yang urakan serta aneh-aneh. Seperti mengenakan dedaunan, membawa pepohonan ranting dan lainnya sehingga membuat tumpukan sampah dedaunan.
Asal Muasal
Menurut cerita turun temurun dari generasi ke generasi yang beredar di masyarakan adat sana, budaya Sekura ini dimulai saat adanya perang gegakhah bulan bakha, Pada Abad ke-13 Masehi Empat Umpu dari keturunan anak Raja yang menyebarkan agama Islam, Kemudian masuk ke SKB kuno sebelum didirikannya Sidang Saleh melihat sebuah negeri yang beragama Animisme, ada sebuah proses dialog pada saat mereka sampai di SKB Kuno mereka menempati suatu tempat yang disana juga adalah salah satu komunitas yang tidak termasuk dari bagian suku tumi tetapi juga adalah kelompok-kelompok yang bisa di pengaruhi lebih awal untuk memeluk agama islam di sini dislokasi mereka di dalam sejarah yang namanya “Ranji Pasai” bahasa lampung nya “Sikam Jamma Pasai” (Kami Orang Pasai), setelah dialog dari tanggal 18 Rajab 688 Hijriah sampai dengan 22 Rajab 688 Hijriah itu kemudian tidak mendapatka suatu titik temu akhirnya naik ke atas gunung pesagi pada tanggal 29 Rajab 688 Hijriah sehingga terjadi suatu peperangan beberapa cerita di bulan bakha, peristiwa bulan bakha pada saat suatu pagelaran dari pada upacara di malam bulan purnama pada saat itu diserang SKB adalah sekala brak sedangkan Sidang Saleh ialah Paksi Pak dalam melalui suatu pertempuran yang sangat sengit akhirnya di kalahkan di tumbangkan melalui titik awal dari pada Kerajaan Islam Dengan raja terakhir Kepaksian Skb Kuno yang beragama Animisme, seorang laki-laki yang disebut Ratu Sekaghummong yang merupakan anak dari Ratu Sangkan serta cucu dari Ratu Mucah Bawok”.
Karena pada saat pagelaran dari pada upacara di malam bulan purnama mereka menggunakan penutup wajah. Sehingga pertempuran yang sangat sengit penutup wajah masih terpakai dengan tujuan lawan tidak mengenali sekaligus untuk menghilangkan keraguan saat akan menghabisi lawan. Adanya perang saudara atau berperangnya masih merupakan saudara atau kerabat, hal ini salah besar karena tidak ada dasar sejarah yang membenarkan.
Sekura Masa Kini
Tradisi / Pesta Sekura saat ini masih terus berlanjut diadakan secara rutin oleh masyarakat di sana. Berpungsi sebagai ajang mempererat tali silaturahmi serta persaudaraan.
Masyarakat Lampung Barat masih melestarikan budaya ini. Karena merupakan salah satu identitas budaya daerah mereka.
Nilai yang terkandung dari acara/tradisi ini adalah rasa Sehangguman, saling sayang, saling membesarkan, menebar kebaikan, Kekeluargaan dan gotong royong. Khsususnya dalam momen setelah menjalani puasa Ramadhan setiap tahunnya.
Lokasi penyelenggaraan tradisi sekura berganti-ganti dari satu desa ke desa lain. Para pesertanya berkeliling kampung mengenakan kostum dan penutup muka beraneka ragam.
Lalu dilanjutkan dengan berbagai atraksi lain setelahnya. Seperti berpantun, pencak silat, dan panjat pinang. Peserta panjat pinang biasanya dilakukan oleh peserta yang mengenakan Sekura Kamak, 1 buah panjat pinang diperuntukan untuk beberapa desa.
Waktu Penyelenggaraan Pesta Sekura
Penasaran dan ingin menyaksikan acara yang penuh kemeriahan ini? Kamu bisa berkunjung ke Liwa, Kecamatan Balik Bukit, Kecamatan Batu Brak dan Belalau Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, di masa lebaran Idul Fitri.
Atau datang ke acara Festival Krakatau di Bandar Lampung. Biasanya kontingen Lampung Barat membawakan sajian Sekura untuk penonton. Bisa juga datang ke Festival Sekura yang digelar di Liwa Lampung Barat. Sudah tentu kamu akan melihat berbagai bentuk Sekura di acara ini.
Kita semua Saudara bahasa lampung nya Waghei/Puaghi/ Puakhi/ Puari/ Sekelik, Jadikanlah Perbedaan sebagai wadah untuk mempersatukan berbagai rasa menjadi satu kesatuan. (rls,dta)