
Gambar Jenderal Polisi (Purn.) Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D. dan Putra Mahkota Pangeran Alprinse Syah Pernong.
Rasindo group.com – Pangeran Alprinse Syah Pernong adalah Putra Mahkota Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong beliau terdidik sebagai generasi unggul sejak muda. Bahkan di usia belia sudah sering tampil dalam kesempatan terhormat bersama raja-raja nusantara. berkesempatan menimba ilmu dan belajar dari para raja-raja tersebut.
Salah satu sejarah Pangeran Alprinse Syah Pernong ialah bersama Sultan Ternate Ke-48 yakni Sultan Mudaffar Syah bin Sultan Iskandar Muhammad Djabir Sjah di Istana Ternate. Sultan Mudaffarsyah adalah Sultan Kesultanan Ternate ke-48, memerintah 1975 – 2015. Selain itu dia juga merupakan anggota DPD RI asal Provinsi Maluku Utara. Beliau lahir di Dufa-Dufa, Ternate, Maluku Utara, 13 April 1935 dan beliau wafat di Jakarta, 19 Februari 2015 pada umur 79 tahun. Kala itu Sultan Mudaffar Syah bin Sultan Iskandar Muhammad Djabir Sjah menyebut Putra Mahkota Pangeran Alprinse Syah Pernong Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong sebagai Sang permata besi yang sangat keras Raja yang jantan pemberani dari kerajaan polongbangkeng.

Sejarah tersebut menunjukkan bahwa Putra Mahkota Pangeran Alprinse Syah Pernong diusianya yang masih kecil beliau pewaris tahta Istana Gedung Dalom ini telah diajarkan oleh Akan Dalomnya (ayahandanya) Sultan Sekala Brak yang dipertuan ke-23 Paduka Yang Mulia Saibatin Puniakan Dalom Beliau Drs. Hi. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H. untuk berani tampil diberbagai kesempatan terhormat bersama raja-raja di Nusantara, bersilaturahmi sambil melihat dan belajar bagaimana para Sultan di nusantara membina masyarakat dan adat istiadat.
Pangeran Edward Syah Pernong menyampaikan kepada penulis di Gedung Dalom Pondok Labu Jakarta “Pada awal kehidupan Putra Mahkota Pangeran Alprinse Syah Pernong juga fasih berbahasa Inggris dan jago bela diri karate, Kelak ketika Putra Mahkota Pangeran Alprinse Syah Pernong di ”TABALKAN” menjadi Sultan atau dengan sebutan lain SaiBatin, ia akan mampu meneruskan amanah leluhurnya, melanjutkan jejak ayahandanya, membina dan memajukan masyarakat dan adat istiadatnya, membawa nama baik Kepaksian Sekala Brak khususnya dan Lampung pada umumnya”.
Atin Arif kampung batin menyampaikan kepada penulis bahwa “Putra Mahkota Pangeran Alprinse Syah Pernong mendapat gelar dari Raja Di Kerajaan Polang Bangkeng Sulawesi, Gelar yang diberikan tersebut adalah I Terassa Maluku Lauw Bassi Karaeng Barania Ri Polong Bangkeng”,
Khaja Paksi menyampaikan kepada penulis “Kunjungan Putera Mahkota Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong, Pangeran Alprinse Syah Pernong ketika menjadi tamu kehormatan dalam upacara pengibaran Bendera Merah Putih, dalam Ritual Adat Gaukang Tubajeng, Rabu (14/8) di Balla Lampoa Bajeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi. Putera Kesayangan PYM SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H. gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23 itu telah diangkat menjadi bagian keluarga besar Kerajaan Gowa”.
Sambutan Putera Mahkota Mengkutip dari radarcom.id “Pada Ritual Adat Gaukang Tubajeng Putra Mahkota Pangeran Alprinse Syah Pernong dalam sambutannya Putera Mahkota Pangeran Alprinse Syah Pernong, mengucapkan terimakasih atas undangan kehormatan terhadap dirinya. “Saya mengucapkan banyak terimakasih atas undangan kehormatan yang telah diberikan kepada saya, Didampingi Panglima Elang Berantai Kerajaan Sekala Brak (Kepaksian Sekala Brak), Kami menyampaikan Salam hormat dari Akan saya, Saibatin. Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23. Ini suatu kebanggaan terhadap saya dalam perjalanan hidup saya tentunya kedepan menjadi cerita sejarah bagi saya dimasa kecil. Kata Pangeran Alprinse Syah Pernong.
Pangeran Alprinse Syah Pernong yang telah diberikan gelar oleh Keluarga Kerajaan Gowa menambahkan, bahwa keberanian para rakyat di Sulawesi Selatan khususnya Kerajaan Gowa dan Bajeng melawan tentara sekutu telah ditunjukkan oleh sejarah hari ini yakni dengan adanya Upacara Gaukang Tubajeng yang telah mengibarkan Bendera Merah Putih di Bajeng sebelum merah putih berkibar di Pengangsaan Timur Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. Tradisi Gaukang Tubajeng yang berarti pesta besar orang Bajeng adalah upacara kemerdekaan sebagai simbol perlawanan terhadap penjajahan. Bendera Merah Putih dan Bendera Bajeng dikibarkan tiga hari sebelum Merah Putih berkibar di Pegangsaan Timur Jakarta. Melalui momentum peringatan ini. Semoga Rakyat Bajeng senantiasa memperkokoh persatuan bangsa, Selalu menjaga kebhinekaan diera globalisasi seperti saat ini. Adat dan tradisi masyarakat harus terus dijaga sebagai aset warisan nenek luhur Bangsa Indonesia. Sebagai cucu dari seorang Pahlawan, Sekali lagi saya mengucapkan apresiasi yang sebesar-besarnya terhadap masyarakat disini”. Paparnya
Di dalam catatan sejarah masyarakat adat setempat memang, Upacara Gaukang Tubajeng yang berlangsung 14 Agustus 1945, Lebih awal sebelum Proklamasi Republik Indonesia Negara di Indonesia 17 Agustus 1945. Bagi masyarakat setempat, Peristiwa ini menyimpan nilai historis yang amat penting, Sebab Kerajaan Bajeng satu satunya kerajaan yang melakukan pengibaran bendera Merah Putih sebelum proklamasi 17 Agustus 1945. Gaukang Tu Bajeng ini adalah tradisi masyarakat Bajeng sejak zaman dahulu kala, Pesta adat masyarakat yang di lakukan ini adalah untuk mengenang peristiwa jelang kemerdekaan. Sebelum kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, Bendera Merah Putih telah di kibarkan dibumi Bajeng. Bayangkan ditengah penjajahan para tentara sekutu, kita tidak gentar dan takut. Ini menegaskan bahwa rakyat Bajeng adalah pemberani dan tidak takut kepada sekutu”. kata Ketua forum kerajaan dan kelembagaan adat se-Sulawesi A. Makmur Sadda dan Pemangku Adat Bajeng, Sanrobone, Laikang
Kapolres Gowa, AKBP Shinto Silitonga, SIK., MSi, yang hadir dalam kegiatan itu mengapresiasi Pangeran Alprinse Syah Pernong yang sedikit banyak mengetahui sejarah singkat adanya upacara Gaukang Tu Bajeng dan nilai-nilai Nasionalisme yang disampaikan dihadapan masyarakat.
Wandra mengatakan kepada penulis “Kehadiran Pangeran Alprinse Syah Pernong tiba di Tanah kelahiran Pahlawan Sultan Hasanuddin di Makassar disambut oleh Ketua forum kerajaan dan kelembagaan adat se-Sulawesi Selatan, A. Makmur Sadda cucu cucu Karaeng Polongbangkeng ke XII dan Karaeng Gajang beserta rombongan”.
Wandra juga menambahkan bahwasanya “Perjalanan langsung dilanjutkan dengan ibadah spritual dipemakaman Pahlawan Sultan Hasanuddin. Kemudian keesokan harinya, Pangeran Alprinse menghadiri undangan kehormatan pada upacara Gaukang Tu Bajeng. Setelah itu perjalanan dilanjutkan ke Sumur To Barania, Tempat pemandian para sultan dan para pemberani di Sulawesi Selatan. Pangeran Alprinse terhitung ke 9 kali ini mandi adat ini dilakukan disuatu tempat yang disakralkan oleh Masyarakat Provinsi Sulawesi khususnya di Kabupaten Gowa, Sebab tempat tersebut merupakan sumur peninggalan sejarah kerajaan dari zaman dahulu”.
Di tambahkan pula oleh wandra “Menurut cerita dan keyakinan masyarakat setempat juga pengakuan para karaeng-karaeng disana, bahwa sumur yang bernama To Barania merupakan tempat pemandian para keluarga besar dan para pemberani kerajaan Bajeng sebelum berangkat perang. Sumur To Barania terletak di Kabupaten Gowa, Dari Kota Makassar menuju ketempat ini dapat ditempuh sekitar kurang lebih satu jam perjalanan”.
Karaeng Kamma selaku juru kunci Bungung Barania Bajeng menjelaskan kepada wandra, bahwa “dahulu kala semua orang pemberani kerajaan Bajeng sebelum berangkat untuk perang terlebih dahulu kesumur To Barania untuk melaksanakan pemandian. Semua prajurit dan orang pemberani To Bajeng kesumur ini untuk a’dingin-dingin dengan kata lainnya ialah menenangkan hati, mendinginkan pikiran sebelum kemedan pertempuran. Banyak kerabat To Polongbangkeng ke tempat ini untuk Mandi, karena Bajeng dan Polongbangkeng satu rumpun. Setelah pemandian selesai, Pemotongan 1 ekor kerbau yang dibagikan kepada masyarakat sekitar dan santunan kepada 30 anak yatim oleh Putera Mahkota Kerajaan Sekala Brak Kepaksian Pernong (Nakan Dalom)”.
Dedi Paksi mengatakan kepada penulis bahwa “Putra Mahkota Pangeran Alprinse Syah Pernong mengikuti milad besar Paku Alam di Pura Pakualaman Yogyakarta, Jumat, 13 Maret 2020. disambut langsung Raja Paku Alam X. Dedi Paksi menambahkan pada hari rabu 29 November 2017 Putra Mahkota Pangeran Alprinse Syah Pernong dengan mengenakan pakaian kebesarannya menghadiri pesta pernikahan putri dari Ir. H. Joko Widodo Presiden ke-7 Republik Indonesia, yang ber nama Kahyang Ayu di Medan Sumatra Utara. Berly Parizon menyampaikan kepada penulis bahwa “Putra Mahkota Pangeran Alprinse Syah Pernong, hadiri peringatan Milad 130 tahun Istana Maimun, di Kota Medan, Jumat (24/8) didampingi Ibundanya Ir. Nurul Adiati Ratu di Kerajaan Sekala Brak Kepaksian Pernong di dalam sambuta Putra Mahkota Pangeran Alprinse Syah Pernong, “Terimakasih atas undangan dari Kesultanan Deli kepada Kerajaan Sekala Brak untuk hadir dalam acara silaturahmi ini. Ini istana yang hebat, saya senang berada disini,” Berli pula menambahkan bahwasanya Pangeran Alprinse Syah Pernong, disambut para Raja dari berbagai daerah se-Nusantara terlihat senang dan memberikan tepuk tangan. Setelah sambutan, Putra Mahkota Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong memberikan cinderamata berupa selendang tapis berlambang Kepaksian Pernong kepada Pembesar Istana Maimun YM Dtq Adil Freddy Hamberham”. (Penulis Dedy TA)