
Rasindo group.com – Dalam kehidupan bersosial, wajar jika melakukan kesalahan kepada orang lain. Lalu jika tak mengakui kesalahan bahkan minta maaf, apakah termasuk tanda gangguan jiwa?
Perilaku Tidak Mau Mengakui Kesalahan bisa saja di kategorikan tertanda gangguan jiwa berat. Semua orang pasti pernah berbuat kesalahan. Tidak ada yang menikmati kesalahan dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan ini. Masing-masing orang bisa berbeda dalam merespon perbuatan salah yang mereka perbuat.
Sebagian orang akan spontan dan langsung mengakui kesalahannya. Sisanya mungkin menyiratkan rasa bersalah tapi tidak mengakuinya terang-terangan. Sementara itu, sebagian orang menolak mengakui bahwa mereka salah, bahkan saat berhadapan dengan bukti-bukti nyata.
“Dua contoh pertama mungkin akrab bagi sebagian besar dari kita. Hal itu adalah respons khas terhadap kesalahan. Kita menerima tanggung jawab sepenuhnya atau sebagian tapi tidak menolak fakta yang sebenarnya,” kata psikolog Guy Winch seperti dilansir dari Psychology Today.
Tetapi bagaimana ketika seseorang menolak fakta-fakta dan enggan mengakui bahwa mereka salah dalam keadaan apa pun? Kondisi psikologis apa yang terjadi saat seseorang tidak mau mengakui kesalahan yang sangat jelas. Mengapa ini terjadi berulang-ulang?
Menurut Winch, jawabannya terkait dengan ego dan perasaan mereka sendiri. Beberapa orang memiliki ego dan harga diri yang rapuh. Mengakui bahwa mereka bersalah akan mengancam ego mereka. Kenyataan tersebut akan menghancurkan mereka secara psikologis. “Pertahanan yang mereka lakukan adalah menghindari hal itu. Mereka mengubah persepsi mereka tentang kenyataan untuk membuat kenyataan kurang mengancam,” kata Winch.
Psikiater DR. dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp. KJ dalam siaran langsung Instagram mengatakan jika orang selalu merasa tidak membuat kesalahan kepada orang lain atau seolah-olah lupa, kemungkinan yang terjadi justru ada gangguan kepribadian.
“Orang lain merasa buat salah tapi gak mau mengakui seolah-olah lupa. Ini banyak orang-orang dengan gangguan kepribadian seperti ini. Banyak mereka yang tidak merasa salah,” katanya
Menurut psikiater yang biasa disapa Noriyu itu mengatakan, sifat tidak merasa bersalah bisa termasuk pada gangguan jiwa berat dan membuat tidak nyaman orang di sekitarnya.
“Perilaku mereka membuat orang sekitarnya tidak nyaman. Tapi dia tetap aja merasa nyaman dengan dirinya. Ini gangguan kejiwaan yang berat karena biasanya merasa gak sakit dan gak akan berangkat ke psikiater,” katanya
Jika kondisi itu terjadi di luar lingkungan keluarga atau kerabat dekat, Noriyu menyarankan sebaiknya menghindari orang tersebut. Sebab yang dibutuhkan sebenarnya konsultasi dengan psikiater.
Mekanisme pertahanan inilah, kata Winch, yang mengubah fakta-fakta dalam benak mereka sehingga menolak mengaku salah. Akibatnya, orang-orang seperti ini akan menyalahkan orang lain atau sesuatu di luar dirinya.
“Mereka akan bersikeras dan berbalik menyerang siapa pun yang mencoba untuk berdebat. Atau sebaliknya, meremehkan sumber informasi yang bertentangan dengan keinginan mereka,” ucapnya.
Orang-orang yang berulang kali menunjukkan perilaku seperti ini rapuh secara psikologis. Namun penilaian itu seringkali sulit diterima. Sebab bagi dunia luar mereka tampil percaya diri dan penuh kekuatan.
“Kekakuan psikologis bukanlah pertanda kekuatan, itu adalah indikasi kelemahan. Mengakui kita salah akan melukai ego siapa pun. Butuh kekuatan emosional dan keberanian untuk menghadapi kenyataan dan mengakui kesalahan,” katanya. Bagaimana kita menanggapi orang-orang seperti itu bisa berbeda- beda. Namun satu kesalahan yang tidak boleh dilakukan adalah yang pantang mengakui kesalahan sebagai tanda kekuatan atau percaya diri. Sebab hal itu adalah kebalikan mutlak menunjukkan kelemahan dan kerapuhan psikologis. (dta)