
Rasindo group.com – Dikutip JatimNetwork.com dari pidatonaskah.blogspot.com, berikut ini selengkapnya materi kultum Ramadhan 2022 tentang meningkatkan amal dan ibadah di bulan Ramadhan.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulilah tsummal hamdulillah wa sholatu wassalamu ‘ala sayyidina Muhammad wa’ala aalihi wa shohbihi ajma’in.
Begitu banyak pahala yang bisa didapatkan di bulan Ramadhan dengan memperbanyak ibadah dan amal shalih.
Satu hal yang tidak kita ragukan bahwasannya berjumpa dengan bulan Ramadhan adalah nikmat yang besar, nikmat yang sangat mulia yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita. Dan kita tidak tahu, boleh jadi Ramadhan ini adalah Ramadhan terakhir kita.
Oleh karena itu maka menjadi keharusan kita, menjadi kewajiban kita seorang Muslim yang menyadari hal ini untuk meningkatkan kesungguhan kita dalam mengisi bulan Ramadhan dengan berbagai macam ibadah dan amal shalih.
Dan diantara hal yang menunjukkan istimewanya bulan Ramadhan dan bahwasannya dia adalah tamu yang agung, tamu yang mulia dan nikmat yang besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah mengisi Ramadhan dengan baik, dengan puasa yang berkualitas, itu bisa menyebabkan seseorang mendapatkan pahala yang bisa menyaingi pahala yang didapatkan oleh orang yang mati syahid.
Tentu satu hal yang tidaklah kita ragukan bahwasannya orang yang gugur di medan jihad adalah orang yang sangat besar ganjarannya, seorang yang sangat mulia kedudukannya disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Namun orang yang matinya tidak mati syahid bisa mendapatkan pahala yang menyayangi atau bahkan lebih unggul daripada pahalanya orang yang mati syahid dan diantara sebabnya adalah ketika dia mengisi Ramadhan dengan baik. Ramadhannya adalah Ramadhan yang berkualitas.
Kewajiban puasa ramadhan ditujukan untuk semua umat islam sedangkan syarat wajib diantaranya: beragama islam, baligh dan berakal, kuasa/mampu, dan sehat yang terakhir mukim. Kewajiban puasa ramadhan juga terdapat pada Q.S. Al- baqarah firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah [2] : 183).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
شَهْرَ رَمَضَانَ ، إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ شَيْئًا
”(Puasa yang wajib bagimu adalah) puasa Ramadhan. Jika engkau menghendaki untuk melakukan puasa sunnah (maka lakukanlah).” (HR. Bukhari).
Pada dasarnya semua puasa itu sama yaitu menahan lapar dan haus serta menghindari hal-hal yang dapat merusak pahala puasa, di mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.
Menurut Imam Al-Ghazali tingkatan puasa dibagi tiga yaitu:
1. Puasa awam (Shoumul ‘awam)
Puasa tingkatan ini adalah tingkatan puasa yang banyak dilakukan oleh kita sebagai umat islam. Tipe puasa ini adalah puasa yang hanya sekedar menahan diri dari rasa lapar dan dahaga serta berhubungan badan antara suami-istri di siang hari (nafsu syahwat) mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.
2. Puasa khusus (Shoumul khawashi)
Puasa tipe ini adalah tingkatan puasa yang dilakukan oleh para ulama sufi. Tipe puasa ini adalah puasa bukan hanya sekedar menahan diri dari rasa lapar dan dahaga, berhubungan badan antara suami-istri di siang hari (nafsu syahwat), serta menahan pendengaran, penglihatan, ucapan, perilaku serta seluruh anggota tubuh dari hal-hal yang dapat mengurangi pahala puasa, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.
3. Puasa khusus wal khusus (Shoumul khawashil khawashi)
Puasa tipe ini adalah tingkat puasanya para Nabi, para sahabat, dan para tabiin. Puasa tipe ini puasa tingkat tinggi, orang awam seperti kita tidak akan mampu melaksanakannya. Puasa tipe ini adalah puasa bukan sekedar menahan diri dari rasa lapar dan dahaga, berhubungan badan antara suami-istri di siang hari (nafsu syahwat), serta menahan pendengaran, penglihatan, ucapan, perilaku serta seluruh anggota tubuh dari hal yang dapat membatalkan puasa juga hatinya yang selalu berdzikir mengingat Allah, jika dzikir terlepas maka puasa pun dianggap batal, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Wallohu’alam. Pada puasa tingkat tertinggi ini tidak hanya mulut yang berpuasa dari berbagai makanan dan minuman serta menahan kemaluan dari berhubungan suami istri (jima’), serta anggota badan dari perbuatan maksiat, tapi juga menjaga jiwa, hati dan pikiran dari hal-hal yang melanggar ajaran syari’at.
Demikianlah uraian singkat ini mohon maaf bila ada kekurangan dan kekhilafan. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Editor: Dedy TA