
Rasindo group.com – Oleh : Nurul Huda Samsiah
Allah SWT adalah Zat yang Maha Merajai seluruh alam semesta. Dia mengatur segala sesuatu yang ada di dalam kerajaann-Nya dengan kebijaksanaan dan kehendak-Nya sendiri. Maka dari itu apa saja yang terjadi di alam semesta ini, semuanya berjalan sesuai dengan kehendak yang telah direncanakan sejak semula oleh Allah SWT dan juga mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam alam yang maujud ini.
Allah SWT berfirman, “Segala sesuatu itu di sisi Allah adalah dengan ketentuan takdir”. (Q.S. Ar-Ra’d:8). Dalam hal ini Qadha dan Qadar sering disebut dengan Takdir. Sebagai manusia muslim kita wajib beriman kepada Qadha dan Qadar.
Walaupun segala sesuatunya telah diatur dan ditetapkan oleh Allah SWT, namun manusia mukmin diwajibkan berikhtiar dan berusaha mencapai segala yang di cita-citakan demi kebahagiaan dunia dan akhirat.
Oleh sebab itu kita tidak boleh berdiam diri dan pasrah kepada Takdir Allah, tetapi harus berjuang mencari kemaslahatan dunia dan akhirat, serta berusaha menghindari perbuatan mungkar dan maksiat.
Pengertian Qadha dan Qadar
Qadha ialah kepastian, dan Qadar adalah ketentuan. Keduanya ditetapkan oleh Allah SWT untuk seluruh makhluknya. Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa arti yaitu hukum, kepastian, ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, dan penciptaan. Sedangkan menurut istilah, Qadha adalah ketentuan atau ketetapan Allah SWT dari sejak zaman azali tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhlukNya sesuai dengan iradah (kehendak-Nya), meliputi baik dan buruk , hidup dan mati, dan seterusnya.
Menurut bahasa Qadar berarti, peraturan, dan ukuran. Sedangkan menurut istilah Qadar adalah perwujudan ketetapan (Qadha) terhadap segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan iradah (kehendak-Nya). Qadar disebut juga takdir Allah SWT yang berlaku bagi semua makhluk hidup, baik yang telah, sedang, maupun yang akan terjadi.
Sejak zaman azali, ketentuan itu telah di tulis di dalam Lauhul Mahfuzh (papan tulis yang terpelihara). Jadi, semua yang akan terjadi, sedang atau sudah terjadi di dunia ini semuanya sudah diketahui oleh Allah SWT, jauh sebelum hal itu sendiri terjadi.
Firman Allah SWT Q.S. Al-Qamar ayat 49;
Artinya: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. (Q.S. Al-Qamar:49).
Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Anshari Al-Qurthubi, dalam tafsirnya mengenai ayat tersebut mengatakan. “Kepercayaan yang dipegang Ahlus Sunnah, sesungguhnya Allah SWT telah mentakdirkan akan sesuatu. Artinya ia telah mengetahui ketentuannya (kepastiannya) telah mengetahui keadaannya dan zamannya jauh sebelum diciptakannya. Kemudian Allah mengadakan sesuatu yang telah ada dalam takdir-Nya bahwa semua itu akan dijadikan sesuai dengan ilmu-Nya. Maka, tidak ada yang terjadi dari ilmu, qadrat, dan iradatNya (Allah)”.1
——————————
1 Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), h. 132-133.
Pengertian Takdir
Takdir adalah sebutan Ketentuan Allah SWT yang dapat dirubah / sebuah proses Contohnya : “Kita Miskin menjadi Kaya, Malas menjadi Rajin, Sakit menjadi Sehat dan sebagainya. Percaya kepada takdir atau qadha dan qadar merupakan rukun iman yang ke- 6, atau terakhir. Beriman kepada takdir artinya seseorang mempercayai dan menyakini bahwa Allah telah menjadikan segala makhluk dengan kodrat dan irodat-Nya dan segala hikmah-Nya. 2
Dalam hadits telah dinyatakan dengan jelas, bahwa kejadian manusia di dalam rahim ibunya berjalan menurut prosesnya. Empatpuluh hari pertama dinamakan nuthfah (mani) yang berkumpul, empatpuluh hari kedua dinamakan ‘Alaqah (segumpal darah), dan empatpuluh hari yang ketiga disebut mudlghah (segumpal daging). Maka, setelah seratus dua puluh hari ditiupkan nyawa (ruh) oleh Malaikat diperintahkan menuliskan empat macam perkara, yaitu:
1. Ilmunya (selain ilmu pengetahuan, juga perbuatan-perbuatan yang bakal dikerjakan).
2. Berapa banyak rezekinya.
3. Berapa lama hidupnya.
4. Nasibnya, apakah ia bakal masuk surga atau neraka.
Empat macam perkara itu ditetapkan (ditakdirkan), dan inilah yang dimaksudkan Takdir Illahi atau nasib seseorang.3
Macam-macam Takdir Allah
Takdir adalah hukum Allah. Hukum yang ditetapkan berdasarkan pada ketentuan, daya, potensi, ukuran, dan batasan yang ada pada sesuatu yang ditetapkan hukumnya.
Takdir juga dapat dibagi menjadi dua hal yang saling berlawanan, yaitu tetap (mubram, hatami, musayyar) dan berubah (ghairu mubram atau mu’allaq, ghairu
——————————
2Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 136
3 Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, h.134
hatami, dan mukhayyar). Takdir mubram yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan. Contoh: Jenis kelamin, Ciri-ciri fisik, dll. Sedangkan takdir mu’allaq yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Disebut juga dengan takdir yang tertulis di Lauh Mahfudh yang masih mungkin berubah jika Allah menghendaki. Contoh: seorang siswa MI bercita-cita ingin menjadi Pilot, maka untuk mencapai cita-citanya tersebut ia belajar dan berdo’a dengan tekun. Sehingga apa yang ia cita-cita akan menjadi kenyataan.
Takdir Yang Tertulis Di Lauh Mahfudh Hanya Bisa Berubah Lantaran Dua Sebab, Yaitu:
- Do’a
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Tidak ada yang bisa menolak takdir selain do’a, dan tidak ada yang bisa memperpanjang umur kecuali berbuat kebaikan”.(HR. Tirmidzi) Sehingga dengan berdo’a kepada Allah, Insya Allah takdir bisa berubah. Misalnya, jika kita berbuat kebaikan, umur akan dipanjangkan.
- Berbuat kebaikan
Salah satu bentuk perbuatan baik ialah silaturahmi. Dengan itu pun bisa merubah takdir.4 Berbuat kebaikan tidak hanya dengan silaturahmi, tetapi ada banyak perbuatan baik yang dapat kita lakukan. Contohnya: berbakti kepada kedua orang tua, menghargai dan menghormati orang lain, menyantuni anak yatim, dll.
Konsep Takdir
Takdir adalah suatu yang sangat ghoib, sehingga kita tak mampu mengetahui takdir kita sedikitpun. Yang dapat kita lakukan hanya berusaha, dan berusahapun
——————————
4 Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, h.140.
telah Allah jadikan sebagai kewajiban. “Tugas kita hanyalah senantiasa berusaha, biar hasil Allah yang menentukan”, itulah kalimat yang sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga kita, yang menegaskan pentingnya mengusahakan qadha untuk selanjutnya menemui qadarnya. Takdir itu memiliki empat tingkatan yang semuanya wajib diimani, yaitu :
- Al-`Ilmu, bahwa seseorang harus meyakini bahwa Allah mengetahui segala sesuatu baik secara global maupun terperinci. Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi. Karena segala sesuatu diketahui oleh Allah, baik yang detail maupun jelas atas setiap gerak-gerik makhluknya. Sebagaimana firman Allah : “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata.” (QS. Al-an`am:59).
- Al-Kitabah, Bahwa Allah mencatat semua itu dalam lauhil mahfuz, sebagaimana firman-Nya : “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab. Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj:70)
- Al-Masyiah (kehendak), Kehendak Allah ini bersifat umum. Bahwa tidak ada sesuatu pun di langit maupun di bumi melainkan terjadi dengan iradat/masyiah (kehendak /keinginan) Allah SWT. Maka tidak ada dalam kekuasaan-Nya yang tidak diinginkan-Nya selamanya. Baik yang berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh Zat Allah atau yang dilakukan oleh makhluq-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya : “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia” (QS. Yasin:82)
- Al-Khalqu, Bahwa tidak sesuatu pun di langit dan di bumi melainkan Allah sebagai penciptanya, pemiliknya, pengaturnya dan menguasainya, dalam firman-Nya dijelaskan : “Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab dengan kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya.” (QS. AzZumar:2).
Ikhtiar
Ikhtiar berasal dari bahasa Arab yang berarti mencari hasil yang lebih baik. Adapun secara istilah, pengertian ikhtiar yaitu usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Maka, segala sesuatu baru bisa dipandang sebagai ikhtiar yang benar jika di dalamnya mengandung unsur kebaikan. Tentu saja, yang dimaksud kebaikan adalah menurut syari’at Islam, bukan semata akal, adat, atau pendapat umum. Dengan sendirinya, ikhtiar lebih tepat diartikan sebagai “memilih yang baik-baik”, yakni segala sesuatu yang selaras tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Di dunia ini, manusia diwajibkan berikhtiar dan berusaha mencapai segala yang dicita-citakan demi kebahagiaan dunia akhirat. Oleh karena itu, kaum mukmin pula wajib berikhtiar dan berusaha sekuat tenaga meskipun kita telah beriman dan mempercayai benar-benar bahwa semua ketentuan datangnya dari Allah SWT agar lepas dari ketentuan jelek dan buruk, serta berjuang hanya mendapatkan ketentuan yang baik saja.
Dengan demikian, setiap mukmin wajib bekerja keras agar tidak jatuh miskin, giat belajar agar berilmu dan bermanfaat bagi masyarakat, senantiasa memelihara kesehatan, dan sebagainya. Sebab kita tidak mengetahui takdir Allah yang mana yang diperlukan bagi kita. Sehingga, setiap mukmin tidak dibenarkan berdiam diri dan pasrah kepada takdir Allah, tetapi harus berjuang mecari kemaslahatan-kemaslahatan dunia dan akhirat, serta berusaha menghindari perbuatan mungkar dan maksiat. Sebagaimana firman Allah SWT, berikut ini: “Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. “(Q.S. AnNahl:97) Firman-Nya pula: Artinya “Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. ”(Q.S. At-Taubah:105) Dari firman-firman Allah tersebut dapat disimpulkan bahwa Agama Islam tidak hanya menganjurkan beriman, tetapi juga menghimbau beramal shaleh, bekerja dan berusaha.5
Hubungan antara Qadha, Qadar, Nasib, dengan Ikhtiar
Iman kepada Qadha dan Qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan segala sesuatu bagi makhluknya. Nasib manusia telah ditentukan oleh Allah SWT sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah
——————————
5 Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, h. 135
ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar, setelah itu berdo’a. Dengan berdo’a segala urusan kita kembalikan kepada Allah SWT. Dengan demikian apapun yang terjadi kita dapat menerimanya dengan ridha dan ikhlas. 6
Hikmah Beriman Kepada Qadha Dan Qadar
Beberapa hikmah atau ibrah yang dapat kita ambil dari beriman kepada Qadha dan Qadar yaitu:
1. Dapat membangkitkan semangat dalam bekerja dan berusaha, serta memberikan dorongan untuk memperoleh kehidupan yang layak di dunia ini.
2. Tidak membuat sombong atau takabur, karena ia yakin kemampuan manusia sangat terbatas, sedang kekuasaan Allah Maha Tinggi.
3. Memberikan pelajaran kepada manusia bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini berjalan sesuai dengan ketentuan dan kehendak Allah SWT.
4. Mempunyai keberanian dan ketabahan dalam setiap usaha serta tidak takut menghadapi resiko, karena ia yakin bahwa semua itu tidak terlepas dari takdir Allah SWT.
5. Selalu merasa rela menerima setiap yang terjadi pada dirinya, karena ia mengerti bahwa semua berasal dari Allah SWT. Dan akan dikembalikan kepadaNya.7
Sebagai mana firman Allah SWT
Artinya : Orang orang yang apabila di timpa musibah, mereka mengucapkan : bahwasanya kami ini bagi (kepunyaan) Allah, kami semua ini pasti kembali lagi kepadaNya .(QS.Al Baqarah :156)
Iman kepada Qadha’ dan Qadar adalah bahwa setiap manusia (muslim dan muslimat) wajib mempunyai niat dan keyakinan sunguh-sungguh bahwa segala perbuatan makhluk, sengaja maupun tidak telah ditentukan oleh Allah SWT. Empat macam perkara yang telah ditetapkan (ditakdirkan) Allah kepada manusia sejak di dalam kandungan, yaitu: Ilmunya (selain ilmu pengetahuan, juga
——————————
6 Hasbi As Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putera, 2001),h. 113.
7 Muhammad Chirzin, Konsep dan Hikmah Akidah Islam. (Yogyakarta: Mitra Pustaka,1997),h. 120-121.
perbuatan-perbuatan yang bakal dikerjakan), berapa banyak rezekinya, berapa lama hidupnya, nasibnya: apakah ia bakal masuk surga atau neraka. Perkara tersebut dinamakan Takdir Illahi atau nasib seseorang.
Macam-macam takdir dibagi menjadi dua, yaitu: Takdir Mubram dan Takdir Mu’allaq. Takdir Mubram adalah takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan. Sedangkan Takdir Mu’allaq adalah takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia atau dapat dirubah sesuai dengan usaha manusia itu sendiri dan sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Takdir yang tertulis di Lauh Mahfudh hanya bisa berubah lantaran dua sebab, yaitu dengan do’a dan berbuat kebaikan
- Ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi.
- Hikmah beriman kepada Qadha dan Qadar, diantaranya yaitu: timbul semangat, timbul keberanian, jika di timpa musibah tidak menyesal. Dan jika mendapat sesuatu yang menguntungkan, ia bersyukur kepada Allah SWT, tidak bersifat sombong, tidak mudah menyerah kepada keadaan.
Evaluasi
- Apa makna beriman kepada takdir Allah? Makna beriman kepada takdir Allah adalah bahwa segala sesuatu yang terjadi , baik dalam kehidupan manusia maupun kejadian yang terjadi di alam semesta ini sesungguhnya telah diketahui dan ditetapkan ketentuan dan batasannya oleh Allah SWT sejak zaman azali.
- Jelaskan hikmah beriman kepada takdir Allah? Htentang takdir diantaranya q.s Al Ahzab ikmah dari beriman kepada takdir Allah agar manusia terus berupaya mengembangkan ilmu pengetahuannya, kemudian memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk membina dan mengembangkan kehidupan yang lebih baik.
- Sebutkan nash Al Qur’an yang membahas tentang takdir? Nash Al Qur’an yang membahas tentang takdir Q.S. Ar-Ra’d:8) , Al Qamar : 49 dan QS. Al-an`am:59
- Apa hubungan antara qadha, qadar, nasib, dengan ikhtiar? Ikhtiar ialah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi.
- Apa saja yang menyebabkan takdir bisa berubah? Hal yang menyebabkan takdir bisa berubah ialah do’a dan berbuat kebaikan.
Referensi
Ahmad, Muhammad. Tauhid Ilmu kalam. Bandung: Pustaka Setia, 1998
As Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam, Semarang: PT Pustaka Rizki Putera, 2001
Chirzin,Muhammad. Konsep dan Hikmah Akidah Islam. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997.Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996.
Editor: Dedy TA