
Rasindo group.com – Memahami arti ghibah akan menghindarkan dari perbuatan tercela dan dosa. Ghibah atau gibah dalam Islam, dosanya dikatakan lebih besar daripada zina. Apa arti ghibah sesungguhnya dan bagaimana Islam memandang ghibah?
Arti ghibah adalah perbuatan menggunjing atau membicarakan keburukan orang lain. Dalam istilah sehari-hari atau paling populer, persamaan ghibah atau gibah adalah menggosip. Melakukan ghibah adalah berisiko menimbulkan fitnah.
Perkataan apa saja yang bisa menggambarkan arti ghibah? Ghibah adalah segala perkataan yang menyebutkan aib badannya, keturunannya, akhlaknya, perbuatannya, urusan agamanya, dan urusan dunianya.
Islam memandang arti ghibah adalah perbuatan atau perkataan yang tujuannya untuk menghancurkan orang lain. Pendapat tentang arti ghibah ini disampaikan oleh Yusuf Al Qardhawi dalam kitab Al Halal Waal Haram Fi al Islam, bahwa arti ghibah biasanya ditujukan untuk menghancurkan orang lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti ghibah atau gibah adalah kegiatan membicarakan keburukan (keaiban) orang lain seperti bergunjing. Sementara dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, arti ghibah atau gibah adalah mengandung umpatan yang diartikan sebagai perkatan yang memburuk-burukkan orang lain.
Istilah arti ghibah atau gibah secara etimologi berdasarkan Kamus Arab Indonesia berasal dari kata ghaabaha yaghiibu ghaiban yang berarti ghaib, tidak hadir. Berdasarkan etimologi arti ghibah atau gibah dapat dipahami, arti ghibah atau gibah adalah bentuk “ketidakhadiran seseorang” dalam sebuah pembicaraan.
Berdasarkan pemahanan dari Hasan Sa’udi dalam bukunya Jerat-Jerat Lisan yang terbit tahun 2003 dijelaskan, bahwa arti ghibah atau gibah adalah menceritakan tentang seseorang yang tidak berada di tempat dengan sesuatu yang tidak disukainya. Baik menyebutkan aib badannya, keturunannya, akhlaknya, perbuatannya, urusan agamanya, dan urusan dunianya.
Imam Nawawi berkata dalam kitab Al-Adzkar mengikuti pandangan Al-Ghazali bahwa arti ghibah atau gibah adalah menceritakan tentang seseorang dengan sesuatu yang dibencinya baik badannya, agamanya, dirinya (fisik), perilakunya, hartanya, orang tuanya, anaknya, istrinya, pembantunya, raut mukanya yang berseri atau masam, atau hal lain yang berkaitan dengan penyebutan seseorang baik dengan lafad (verbal), tanda, ataupun isyara.
Dadali: Perbuatan gibah atau membicarakan keburukan orang lain tanpa sadar sering dilakukan. Bahkan sampai ada yang menyebut dosa gibah lebih berat dari berzina. Benarkah?
Kecenderungan untuk berbicara dengan banyak orang justru berpeluang mengundang topik tentang orang lain. Hal itu tentunya bisa berkembang dengan memberitakan kabar yang tidak benar, membuat perkataan yang tidak jujur sampai berbohong.
Rasulullah SAW bersabda, “Jika apa yang kamu katakan itu ada pada saudaramu, berarti kamu telah gibah. Dan jika apa yang kamu katakan itu tidak ada pada saudaramu, berarti itu adalah fitnah,”
Maka dapat ditarik kesimpulan, bergunjing tentang seseorang meskipun sesuai fakta itu adalah perbuatan gibah.
Dalam surat Al-Hujarat ayat 12 disebutkan:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purbasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Berdasarkan firman Allah SWT tersebut, orang yang menggunjing sama dengan memakan daging saudaranya yang sudah mati (bangkai). Lalu apa hukumnya membuka aib atau menggunjing? Karena Allah SWT dan Rasulullah SAW sudah secara jelas dan tegas melarang membicarakan aib orang lain, maka tentu menggunjing itu hukumnya haram.
Dosa gibah lebih berat dari berzina
Salah seorang ulama yang menyebut dosa gibah lebih berat dari zina adalah Imam Al Ghazali. Ulama bergelar hujjatul Islam itu berpegang pada sebuah hadis:
“Jauhilah gibah. Karena sesungguhnya gibah itu lebih berat dari zina. Sesungguhnya seseorang yang telah berzina lalu bertaubat, niscaya Allah mengampuninya. Sedangkan pelaku gibah, ia tidak akan diampuni hingga dimaafkan oleh orang yang ia ghibah,” (HR. Thabrani dan Abud Dunya)
Baca: Pakai Mukena Warna-warni untuk Salat, Bagaimana Hukumnya?
Mengutip sejumlah sumber, berikut beberapa dalil mengenai gibah dan bahayanya.
Rasulullah SAW menjelaskan, seseorang yang suka menggunjing dan mencari-cari aib seorang muslim, Allah akan membuka aibnya meskipun ia menyembunyikan aib tersebut rapat-rapat.
“Wahai sekalian orang yang beriman dengan lidahnya sedangkan iman itu belum masuk ke dalam hatinya. Janganlah kalian suka menggunjing orang-orang muslim dan mencari-cari aib mereka. Karena siapa yang mencari-cari aib muslim, Allah akan mencari-cari aibnya. Dan siapa yang Allah cari aibnya, maka Dia akan membuka aib itu meskipun ia bersembunyi di rumahnya,” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ahmad)
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersirat di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nur: 19)
Perbuatan yang menjadi arti ghibah atau gibah ini selain menyebabkan tali persaudaraan putus, juga membuat seseorang yang melakukan dipenuhi dengan dosa karena mengungkap aib yang tidak semestinya dibicarakan.
1. Mengingat Kebaikan
Sebelum membicarakan keburukan seseorang, alangkah baiknya jika mengingat kebaikan orang tersebut terlebih dahulu. Maka, keinginan untuk membicarakan keburukan seseorang perlahan akan menghilang karena paham bahwa sebagai manusia biasa, pasti memiliki sisi baik dan sisi buruk.
2. Berpikir Positif
Ketika ada seorang teman memancing untuk membicarakan keburukan orang lain, seseorang akan menolak dengan perlahan dan khusnudzon atau berprasangka baik terlebih dahulu kepada orang yang akan dibicarakan tersebut.
3. Saling Mengingatkan
Ketika ada seorang teman memancing untuk membicarakan keburukan orang lain, maka sebagai seorang muslim yang baik hendaknya mengingatkan teman bahwa ghibah adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah.
4. Perbanyak Istighfar
Seorang muslim hendaknya memperbanyak istighfar kepada Allah untuk memohon ampunan atas segala dosa yang ia sengaja maupun tidak disengaja. Memperbanyak istighfar akan membuat seseorang senantiasa mengingat segala dosanya dan menghindari gibah.
5. Berkumpul dengan Orang Saleh
Tidak dapat dipungkiri jika pergaulan merupakan hal yang dapat membawa dampak besar pada kehidupan sehari-hari seseorang. Maka agar terhindar dari pergaulan yang salah, ada baiknya seorang muslim harus memilih dengan siapa ia berkumpul.
6. Menjaga Lidah dan Lisan
Seseorang dapat gibah karena dirinya tidak bisa menjaga lidah dan mulutnya untuk berkata sesuatu yang baik. Ketika tahu apa yang akan dibicarakan merupakan hal yang buruk, lebih baik tidak usah dikatakan, supaya terhindar dari bahaya lisan.
7. Menyadari Perbuatan yang Buruk
Agar tidak melakukan gibah, seseorang harus menyadari bahwa gibah adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah karena keburukan yang didapat tidak hanya pada orang yang menjadi bahan pembicaraan melainkan juga pada si pelaku gibah.
8. Intropeksi Diri
Intropeksi diri akan membuat seseorang merasa malu jika harus membicarakan keburukan orang lain sedangkan diri sendiri masih memiliki banyak kesalahan yang harus dibenahi. Mungkin perbuatan menggunjing aib orang selama ini kita anggap enteng. Semoga penjelasan ini dapat membuat kita semakin waspada terhadap segala bentuk perbuatan yang dapat menghapus amal kita.
Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya menyampaikan tujuh dosa besar. Tujuh dosa itu bisa menyebabkan kebinasaan, maka Rasulullah SAW mengingatkan umat manusia menghindarinya.
Abu Hurairah mengatakan Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah kalian menghindari tujuh dosa yang dapat menyebabkan kebinasaan.”
Dikatakan kepada Rasulullah SAW, “Apakah ketujuh dosa itu wahai Rasulullah?”
Rasulullah menjawab, “Dosa menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan pertempuran, dan menuduh wanita mukminah baik-baik berbuat zina.” (HR Muslim)
Di dalam hadits lainnya, Rasulullah SAW juga menyampaikan dosa besar lainnya. Rasulullah SAW menyebutkan tentang dosa-dosa besar, Rasulullah SAW bersabda, “Syirik kepada Allah, membunuh jiwa, dan durhaka terhadap kedua orang tua.”
Rasulullah SAW bersabda lagi, “Maukah kalian untuk aku beritahukan tentang dosa-dosa terbesar?” Rasulullah bersabda lagi, “Perkataan dusta (persaksian dusta).”
Syu’bah bin al-Hajjaj seorang tabiin berkata, “Dugaanku yang paling kuat adalah (Rasulullah mengatakan) persaksian palsu.” (HR Muslim).
(DTA)