
Rasindo group.com – Dalam kepercayaan agama Abrahamik, Adam dan Hawa adalah kedua sosok yang diyakini sebagai pasangan manusia pertama di bumi dan keseluruhan manusia modern ini diyakini merupakan keturunan dari mereka berdua. Garis besar kisah mereka sama antara yang tertuang dalam Al-Qur’an dengan Kitab Kejadian, meski terdapat beberapa perbedaan. Kisah Adam dan Hawa memengaruhi pandangan masyarakat penganut agama Abrahamik; baik terkait manusia, gender, dan identitas.
Manusia, pada hakikatnya sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT, menurut kisah yang diterangkan dalam sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Quran, bahwa Allah menciptakan manusia berikut dengan tugas-tugas mulia yang diembanya. Islam menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia berasal dari tanah, kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk Allah SWT yang paling sempurna dan memiliki berbagai kemampuan. Allah SWT sudah menciptakan manusia ahsanu taqwim, yaitu sebaik-baik cipta dan menundukkan alam beserta isinya bagi manusia agar manusia dapat memelihara dan mengelola serta melestarikan kelangsungan hidup di alam semesta ini. Dalam tulisan ini penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang bagaiman Islam memandang Manusia baik dari sisi dari apa manusia diciptakan, bagaiman proses penciptaanya? bagaiman tugas manusia diciptakan kemudian bagaimana kedudukan manusia di hadapan Allah SWT.
Al-Quran tidak memaparkan secara rinci asal-usul manusia tercipta. Al-Quran hanya menerangkan tentang prinsipnya saja. Terdapat Ayat-ayat al-Quran mengenai penciptaan Manusia terdapat pada beberapa surat surat Nuh: 17, surat Ash-Shaffat ayat 11, surat AlMukminuun 12-13, surat Ar-Rum ayat : 20, Ali Imran ayat: 59, surat As-Sajdah: 7-9, surat Al-Hijr ayat: 28, dan Al-Hajj ayat: 5.(Depag, 2003)
Al-Quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bermacammacam istilah, seperti : Turaab, Thieen, Shal-shal, dan Sulalah. Dapat diartikan sesungguhnya Allah menciptakan jasad manusia dari berbagai macam unsur kimiawi yang ada pada tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses berikutnya tidak terdapat dalam Al-Quran secara rinci. Ayat-ayat Quran yang menyebutkan manusia diciptakan dari tanah, pada umumnya hanya dipahami secara lahiriah saja. Menimbulkan pendapat sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT berasal dari tanah, karena Allah maha kuasa, segala sesuatu pasti dapat terjadi. Disisi lain sebagian dari umat Islam memiliki asumsi bahwa Nabi Adam AS. Bukan manusia yang pertama diciptakan. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa: Ayat-ayat Quran yang menerangkan tentang manusia diciptakan berasal dari tanah bukan berarti bahwa seluruh unsur kimia yang ada pada tanah turut mengalami reaksi kimia. Hal itu sebagaiman seluruh unsur kimia yang ada pada tanah turut mengalami reaksi kimia. Hal itu sebagaiman pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan merupakan bahan makanannya berasal dari tanah, sebab semua unsur kimia yang ada pada tanah tidak semua ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi hanya sebagian saja.(Rahmat, 1991)
Oleh karenanya bahan-bahan yang membentuk manusia disebutkan dalam al-Quran merupakan petunjuk bagi manusia disebutkan dalam al-Quran, sebenarnya bahan-bahan yang membentuk manusia yaitu menthe, air, dan ammonia terdapat pada tanah, untuk kemudian bereaksi kimiawa. Jika dinyatakan istilah “lumpur hitam yang diberi bentuk” (mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang ada pada Lumpur hitam, kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia)(Ibrahim, 1993). Dalam Al-Qura’n Allah SWT. menciptakan manusia dari saripati yang berasal dari Tanah, Firman Allah :
Artinya: Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat. ( QS. AlMukminun 12-16)(Depag, 20013)
Dalam pandangan Islam, manusia didefinisikan sebagai makhluk, mukalaf, mukaram, mukhaiyar, dan mujizat. Manusia adalah makhluk yang mempunyai nilai-nilai fitri dan sifat-sipat insaniah seperti dha’ip ‘lemah (an-Nisaa’:28), jahula ‘bodoh’ (al-Ahzab :72) faqir ‘ketergantungan atau memerlukan’ (Fathir:15) kafuuro ‘sangat mengingkari nikmat’ (al-Isra:67) Syukur(al-Insaan:3), serta fujur dan taqwa (asy-Syams: 8). Selain itu juga tugas Manusia diciptakan yaitu untuk mengimplementasikan tugas-tugas ilahiaah yang mengandung banyak kemaslahatan dalam kehidupannya. Manusia membawa amanah dari Allah yang mesti diimplementasikan pada kehidupan nyata. Keberadaan manusia didunia memiliki tugas yang mulia, yaitu sebagai khilafah.(Imam Syafe,i, 2009) Keberadaannya tidaklah untuk sia-sia dan tampa ‘tujuan’.
Manusia adalah makhluk pilihan yang dimuliakan oleh Allah dari makhluk ciptaanNya yang lainnya, dengan segala keistimewaan yang ada pada manusia, seperti akal manusia yang mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, kemudian memilihnya. Allah SWT menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya cipta (ahsanutaqwim), dan menundukkan alam semesta baginya agar dia dapat memakmurkan dan memelihara kemudian melestarikan keberlangsungan hidup di alam semesta ini. Dengan hatinya manusia dapat memutuskan sesuatu sesuai dengan petunjuk Robbnya, dengan raganya, diharapkan aktif untuk menciptakan karya besar dan tindakan yang benar, hingga ia tetap pada posisi kemuliaan yang sudah diberikan Allah kepadanya seperti ahsanu taqwim, ulul albab, rabbaniun dan lai-lain. Maka, dengan semua sifat kemuliaan dan semua sifat insaniah yang ada dengan kekurangan dan keterbatasan, Allah SWT menugaskan misi khusus kepada umat manusia untuk menguji dan mengetahui mana yang jujur, beriman dan dusta dalam beragama. Manusia, di muka bumi ini mengemban tugas utama, yaitu beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT. Beribadah baik ibadah mahdoh yaitu menjaga hubungan manusia dengan sang Maha Pencipta Allah SWT sedangkan ibadah ghaoiru mahdoh, merupakan usaha sadar yang harus dilakukan oleh manusia sebagai makhluk sosial yaitu menjaga hubungan baik dengan sesama manusia. Karena setiap ibadah yang dilakukan oleh manusia baik ibadah yang langsung berkaitan dengan Allah atau ibadah yang berkaitan dengan sesama manusia dan alam, pastilah mengandung makna filosofi yang mendalam dan mendasar untuk dipahami oleh manusia, sebagaia bekal untuk mempermudah menjalankan misi mulia yang diemban oleh manusia.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah di bumi disamping untuk beribadah, juga harus mampu memelihara dan memakmurkan alam (Huud: 61). Kerusakan yang ada di dunia, dan kerusakan di darat, maupun yang ada di lautan, tetapi oleh tangantangan manusia yang keluar dari rambu-rambu yang sudah ditetapkan oleh Allah. Benar, semua isi yang ada di muka bumi ini diciptakan oleh Allah SWT. untuk manusia, namun tentunya menggunakan aturan main yang sudah Allah tetapkan, tidak bebas sekehendak manusi.(Farid, 2000)
Oleh karena itu, alam ini membutuhkan pengelolaan dari manusia yang ideal. Manusia yang mempunyai sifat luhur seperti disebutkan pada ayat berikut ini: Syukur (Luqman: 31), Sabar (Ibrahim: 5), Mempunyai belas kasih (at-Taubah: 128), Santun (at-Taubah: 114), Taubat (Huud: 75), Terpercaya (al-A’raaf 18), dan Jujur (Maryam: 54). Maka, manusia yang sadar akan misi sucinya tersebut harus bisa mengendalikan hawa nafsu dan tidak sebaliknya, diperbudak oleh hawa nafsu hingga tidak mampu menjalankan tugas utamanya sebagai manusia.
Maka, manusia yang sadar akan misi sucinya tersebut harus bisa mengendalikan hawa nafsu dan tidak sebaliknya, diperbudak oleh hawa nafsu hingga tidak mampu menjalankan tugas utamanya sebagai manusia. (Rasindo group.com)
Editor: Dedy TA